kü pèrsémbähkän üntük yäng tèrkäsih

shinö ändrä

↑ Grab this Headline Animator

Sèlämät Dätäng Di Rümähkü Yäng Sèdérhänä Jängän Lüpä Tinggälkän Cömmèntnyä Yüä

Senin, 20 Juni 2011

MAKALAH HISTOLOGI KELAINAN PADA JARINGAN HEWAN DAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam cabang biologi yang dinamakan histologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya bentuk dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi.
Histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Histopatologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Dengan membandingkan kondisi jaringan sehat terhadap jaringan sampel dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Bidang biologi ini amat berguna dalam keakuratan diagnosis tumor dan berbagai penyakit lain yang sampelnya memerlukan pemeriksaan histologis.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada jaringan hewan
2.      Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada jaringan manusia


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Kelainan pada Jaringan Hewan

1.      Rabies
Merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus dan dapat menular pada orang. Karena itu, rabies di kategorikan sebagai penyakit zoonotik. Agen penyebab penyakit ini memiliki daya tarik kuat untuk menginfeksi jaringan saraf yang menyebabkan terjadinya peradangan pada otak atau ensefalitis, sehingga berakibat fatal bagi hewan ataupun manusia yang tertular. Sejak lama penyakit ini telah dikenal oleh masyarakat dan diketahui telah tersebar secara luas di berbagai belahan dunia, bahkan daerah penyebarannya dari waktu ke waktu selalu bertambah luas. Salah satu bukti telah dikenalnya secara luas di dunia adalah dengan disebutnya penyakit ini dalam berbagai bahasa sesuai dengan bahasa masyarakat setempat dimana penyakit ini ditemukan. Istilah yang paling umum dipakai secara internasional adalah rabies. Asal kata rabies sendiri dari bahasa latin rabere atau rabbia. Istilah latin yang kemudian berkembang menjadi sebutan rabies ini pada awal mulanya diperkirakan berasal dari bahasa Sansekreta kuno rabhas yang berarti mengamuk, karena gejala klinis terutama pada anjing ditandai oleh keganasan gejala yang nyata dan menakutkan.
Morbiditas utama akibat gigitan hewan adalah infeksi atau luka parut. Rabies harus dipikirkan pada setiap gigitan hewan berdarah panas, tetapi hampir tidak terdapat pada populasi hewan domestik di Amerika Serikat. Rabies terdapat pada hewan liar, terutama kelelawar, rakun, dan sigung atau anjing dari Meksiko atau Amerika Latin, Asia, atau Afrika. Rabies sangat jarang ditemukan pada hewan pengerat (seperti bajing, tikus, atau mencit).

2.      Paralisa
Paralisa  adalah suatu kelumpuhan dikarenakan gangguan pada saraf obturatoria yang pada akhirnya satu atau dua kaki belakang lumpuh dan hewan tidak bisa berdiri. Paralisa biasanya terjadi pada sapi terutama sapi perah yang mempunyai produksi susu tinggi tetapi bisa juga terjadi pada kuda, kambing, domba dan anjing.Penyebab utama kasus ini karena kusulitan melahirkan pada hewan betina tetapi bisa juga pada hewan bunting tua karena fetus yang mendesak saraf obturatoria. Luka saraf obturatoria bias juga terjadi karena fraktura tulang pelvis, adanya pertumbuhan tulang baru(Callus) dari pelvis yangmengalami fraktur atau adanya tumor pada tulang pelvis. Pada saat terjadi distokia dimana penanganannya kurang tepat atau fetus lama berada di jalan lahir sehingga menekan saraf ini akan menyebabkan paralisa. Setelah partus bila gangguan saraf terjadi pada salah satu kaki (Unilateral) hewan masih bias berdiri walau sempoyongan tetapi ketika terjadi pada kedua kaki belakang induk tidak bias berdiri. Bila penyakitnya masih kut hewan masih mau memamahbiak, nafsu makan normal dan pernafasan dan denyut jantung juga normal.
     Kesembuhan tergantung penyebabnya bila dikarenakan fraktur tulang pelvis akan menyebabkan gangguan saraf yang berat, dan penyembuhan sangat sukar. Bila adanya tumor pada tulang pelvis penanganan operatif juga sukar.
 Pengobatan ditujukan pada pemberian pakan dengan ransum yang baik. Jika induk masih bisa berdiri walaupun harus di bantun sapi harus sering dilatih berdiri sampai sapi bisa berdiri normal lagi. Untuk mencegah komplikasi adanya luka di sekitar kaki karena hewan berbaring maka pemberian bedding berupa jerami kering perlu dilakukan dan juga pembalikan badan kekanan kekiri untuk mencegah dekubitas.

3.      Kemajiran
Kemajiran adalah suatu keadaan yang ditandai proses reproduksi yang tidak berjalan secara normal disebabkan oleh satu atau banyak faktor, yang terjadi baik pada ternak betina maupun jantan. Efisiensi  reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka kebuntingan dapat mencapai 65%-75%; jarak antar melahirkan tidak melebihi 12 bulan atau 365 hari; waktu melahirkan sampai terjadinya kebuntingan kembali 60-90 hari; Angka perkawinan per kebuntingan 1,65 dan angka kelahiran 45%-65% (Hardjopranjoto 1995). Kasus gangguan reproduksi sudah merupakan hal yang umum terjadi pada semua peternakan dimanapun peternakan itu berada, walaupun telah dilakukan penanggulangan dengan teknik yang mutakhir seperti halnya di negara-negara yang telah maju. Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan proses reproduksi pada ternak, faktor tersebut dapat dibagi dalam 6 kelompok, yaitu :
1.      Kelompok ternak yang menderita gangguan keseimbangan hormon, khususnya hormon reproduksi, gangguan hormonal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai sebab, seperti kurangnya makanan berkualitas atau bergizi yang diperlukan pada masa pertumbuhan ternak tersebut dan bisa juga karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung bagi ternak yang ingin dikembangkan.
2.      Kelompok ternak yang memperoleh pengelolaan yang kurang baik atau kurang perawatan (salah urus) oleh pemiliknya. Pengelolaan yang kurang baik dapat terjadi misalnya tindakan deteksi birahi yang kurang baik, pemberian pakan yang kurang baik secara kuantitas maupun kualitas, ternak tidak pernah dikeluarkan dari kandang sehingga kurang bergerak, kondisi kandang yang terlalu sempit, tertutup dan lembab, serta berbagai sebab dan perlakuan yang dapat menyebabkan ternak mengalami gangguan pada masa pertumbuhannya.
3.      Kelompok ternak yang menderita penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan pada organ-organ reproduksinya, berbagai agen penyakit yang menyebabkan gangguan reproduksi seperti :
a.       Bakteri (Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis, Listeriosis).
b.      Virus (IBR, IPV, BVD, Blue Tongue dan Epivag)
c.       Infeksi Protozoa (Trichomoniasis).
d.      Infeksi Jamur (Aspergilosis).
e.       Infeksi yang lain termasuk mikoplasma (Micoplasma).
4.      Kelompok ternak yang menderita kelainan anatomi pada organ reproduksi yang bersifat menurun (genetik).
5.      Kelompok ternak yang menderita kelainan patologi pada organ reproduksi, bisa akibat agen penyakit maupun traumatik karena kesalahan perlakuan pada organ reproduksi.
6.      Kelompok ternak yang dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung, kondisi perkandangan maupun konsi alam diluar kandang yang kurang pas untuk pengembangan jenis ternak sapi tertentu.

Dalam mempengaruhi proses reproduksi faktor diatas dapat bersifat tunggal namun dapat pula bersifat majemuk, kasus gangguan reproduksi ini kadang tanda-tanda kemunculannya dapat diamati dengan jelas seperti sapi tidak mengalami birahi pada perkiraan masa umurnya untuk birahi, tetapi tidak jarang kondisi atau tanda-tanda ini tidak teramati atau sukar di kenali oleh peternak/pemiliknya, sehingga gangguan reproduksi tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi peternak

4.      Penyakit Mulut atau Penyakit Kuku
Penyakit Mulut atau Penyakit Kuku adalah penyakit akut dan sangat menular pada sapi, kerbau, kambing domba dan hewan berkuku genap lainnya. Infeksi ditandai dengan pembentukan lepuh, lekuk koroner kaki dan puting susu. Penyebab dari penyakit ini adalah virus.
 Keganasan virus tergantung dari umur hewan dan adaptasi ke suatu jenis hewan. Virus akan tahan berbulan-bulan pada jaringan seperti darah, sumsum, limfa. Sedangkan pada jaringan daging virus cepat mati karena cepat mengalami pengasaman. Virus tidak tahan terhadap pH asam dan alkalis, panas, sinar ultraviolet dan beberapa zat kimia dan desinfektan. Virus dapat tahan berbulan –bulan pada bahan yang mengandung protein, tahan kekeringan dan dingin. Gejala penyakit menyerang adalah tubuh lesu, suhu tubuh mencapai 41 celcius, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, penyusutan berat badan, penurunan produksi susu.
            Tanda-tanda khas : lepuh-lepuh berupa penonjolan bulat yang berisi cairan seperti limfa. Lepuh primer mulai terlihat 1-5 hari setelah infeksi dapat tersebar di ruang mulut, terutama lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam, gusi, selaput lendir mata.
 Luka-luka pada kaki menyebabkan hewan enggan berdiridan kuku dapat terlepas, sedang luka pada lidah menyebabkan hewan enggan makan.
 Gangguan lainnya : gangguan pernafasan kronis, infeksi kronis pada kuku.
 Kelainan yang terjadi pasca kematian terjadi lepuh pada bagian perut, mulut dan bisa terjadi kelainan pada jantung.

5.      Mastitis atau Radang Susu
Kelainan pada fisik hewan ternak yang mengalami mastitis ini dapat dilihat pada bentuk susu yang tidak normal pada kambing yang terserang penyakit akibat bakteri streptococcus agalactiae ini. serangan mastitis pada hewan ternak kambing ini disebabkan radang atau infeksi yang menyerang saat kambing menyusui anaknya tingkatan penyakit ini berlangsung secara akut sub akut hingga kronis.
            Hewan jenis kambing yang terserang mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah sel dalam air susu faktor penyebab lain dari penyakit mastitis adalah kurangnya kebersihan dalam kandang hewan sehingga akan mempengaruhi tingkat kekebalan hewan sendiri.
 Meski penyakit mastitis atau radang susu, hanya menyerang ternak kambing betina yang tidak menjadi syarat sebagai hewan kurban, serta tidak berbahaya bagi manusia yang menkomsumsinya.

B.     Kelainan pada jaringan Manusia

1.      Kelainan pada jaringan epitelium
·         Osteoartitis
Pada penderita Osteoartitis biasanya bermula dari kelainan pada sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen (serabut protein yang kuat pada jaringan ikat), dan proteoglikan (bahan yang membentuk daya lenting pada tulang rawan). Akibat dari kelainan pada sel-sel tersebut, tulang rawan akhirnya menipis dan membentuk retakan-retakan pada permukaan sendi. Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum dari tulang di bawah tulang rawan tersebut, sehingga tulang yang bersangkutan menjadi rapuh. Tubuh kita akan berusaha untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Tetapi perbaikan yang dilakukan oleh tubuh mungkin tidak memadai, mengakibatkan timbulnya benjolan pada pinggiran sendi (osteofit) yang terasa nyeri.
Pada akhirnya permukaan tulang rawan akan berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang sehingga sendi tidak lagi bisa bergerak secara halus. Semua komponen yang ada pada sendi (tulang, kapsul sendi, jaringan sinovial, tendon, dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan terjadi kekakuan sendi.
Penyebab pasti dari terjadinya semua kelainan ini sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi ada beberapa faktor risiko yang memungkinkan seseorang untuk menderita osteoartritis, yaitu:
·         Umur
Kemungkinan seseorang mengidap osteoartritis makin bertambah seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
·         Berat badan
Makin tinggi berat badan seseorang, makin besar kemungkinan seseorang untuk menderita osteoartritis. Hal ini disebabkan karena seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. 
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan
Orang-orang yang pekerjaanya berhubungan dengan aktivitas yang membutuhkan pengulangan gerakan secara terus menerus, seperti atlet, operator mesin, mempunyai risiko tinggi untuk menderita osteoartritis.
·         Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot di sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya osteoartritis.
Penyakit lain yang dapat mengganggu fungsi dan struktur normal pada tulang rawan seperti rematoid artritis, hemokromatosis, gout, akromegali, dan sebagainya
2.      Kelainan Jaringan Ikat
·         Sindroma Ehlers-Danlos
Pada penyakit tertentu, misalnya sindroma Ehlers-Danlos, terdapat kolagen (serat protein yang kuat di dalam jaringan ikat) yang lemah. Kolagen mengelilingi dan menyokong pembuluh darah yang melewati jaringan ikat, karena itu kelainan pada kolagen bisa menyebabkan pembuluh darah sangat peka terhadap robekan. Tidak ada pengobatan khusus, penderita sebaiknya menghindari cedera dan jika terjadi perdarahan harus segera diatasi.
Penyebab tidak terjadinya bekuan darah:
1.      Trombositopenia : konsentrasi trombosit yang rendah di dalam darah
2.      Penyakit von Willebrand : trombosit tidak melekat pada lubang di dinding pembuluh darah
3.      Penyakit trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk membentuk suatu sumbatan
4.      Hemofilia : tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
5.      DIC (disseminated intravascular coagulation) : kekurangan faktor pembekuan karena pembekuan yang berlebihan.

·         Hipohidrotik Ectodermal
Kebanyakan kasus hipohidrotik ectodermal displasia disebabkan oleh mutasi pada gen EDA yang diwariskan dalam kromosom X resesif. Karena peyakit ini dibawa oleh kromosom X, maka penderitanya lebih banyak terjadi pada kaum laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X sedangkan pada perempuan harus terjadi di dua kromosom X nya.
 Pada perempuan, jika hanya satu kromosom saja yang bermutasi maka dirinya menjadi carrier (pembawa gen). Sekitar 70 persen kasus yang terjadi adalah pembawa gen (carrier) dengan adanya tanda-tanda atau gejala yang ringan seperti beberapa gigi yang hilang atau tidak normal, rambut tipis dan beberapa masalah fungsi kelenjar keringat.
            Kasus yang paling banyak tejadi adalah orangtuanya sebagai pembawa gen dan tidak menyadari bahwa dirinya adalah individu dengan kelainan kromosom karena tidak menunjukkan gejala atau tanda.
Penyakit ini bisa dideteksi sejak masih bayi dengan menunjukkan 3 gejala, yaitu:
1.      Hipotrichosis, yaitu memiliki rambut yang tipis atau ringan dan berpigmen.
2.      Hipohidrosis, yaitu berkurangnya kemampuan untuk berkeringat serta sering mengalami suhu panas dalam tubuh (hipertermia).
3.      Hipodontia, yaitu gigi lebih kecil dari ukuran rata-rata, mengembangkan 9 gigi permanen terutama taring dan geraham serta melakukan pemeriksaan radiografi gigi.

            Sampai saat ini belum ada pengobatan khusus yang bisa diberikan untuk penderita gangguan ini. Tapi pasien bisa melakukan beberapa perawatan seperti:
1.      Membasuh tubuh dengan air dingin atau semprotan air untuk menjaga agar suhu tubuh tetap normal.
2.      Usahakan untuk tinggal di daerah dengan iklim yang lebih dingin.
3.      Menggunakan rambut dan gigi palsu untuk memperbaiki penampilan.
4.      Menggunakan air mata buatan untuk mencegah terjadinya kekeringan dan robeknya selaput mata.
5.      Menggunakan semprotan hidung saline untuk menghilangkan kotoran dan mencegah infeksi.

3.      Kelainan pada Jaringan Saraf
Kelainan atau penyakit pada sistem regulasi meliputi saraf, endokrin dan pengindraan. Kelainan penyakit antara lain:
1.      Radang dingin, yaitu aliran darah tidak sampai pada bagian tubuh yang terserang sehingga bagian tubuh itu dapat mati.
2.      Epilepsi, yaitu suatu keadaan, bukan suatu penyakit, serangan muncul jika otak, atau bagian dari otak tiba-tiba berhenti bekerja sebagaimana mestinya selama beberapa saat.
3.      Nyeri, yaitu perasaan tidak enak yang mengisyaratkan kepada kita tentang adanya cedera pada tubuh kita.
4.      Eksem, yaitu sejenis gangguan pada kulit, bagian kulit yang terkena eksem akan melepuh, kering dan pecah-pecah dan timbul benjolanbenjolan kecil.

4.      Kelainan pada jaringan  otot
               Gangguan pada Sistem Otot, otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa bentuk seperti berikut ini:
·         Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit  poliomielitis yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot ke anggota gerak bawah.

·         Hipertrofi
Hipertrofi merupakan otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi  disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut-serabut otot membesar
·         Hernia abdominalis
Hernia abdominalis merupakan sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki bagian sobekan tersebut

·         Tetanus
Tetanus merupakan otot yang mengalami kekejangan karena secara terus-menerus berkontraksi sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka yang  terinfeksi oleh bakteri Clostridium tetani.

·         Distrofi otot
Distrofi otot merupakan penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit  ini merupakan penyakit yang disebabkan adanya cacat genetik.

·         Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan otot yang secara berangsur-angsur melemah dan menyebabkan kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan oleh hormon tiroid dan sistem  imunitas yang tidak berfungsi dengan normal.
BAB III
KESIMPULAN

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Kelainan yang terdapat pada jaringan hewan diantaranya adalah rabies, paralisa, kemajiran, penyakit mulut atau penyakit kuku, dan mastitis atau radang susu.
Kelainan yang terdapat pada jaringan manusia diantaranya pada jaringan epitelium adalah osteoartitis. Contoh kelainan pada jaringan ikat yaitu  sindroma Ehlers-Danlos, hipohidrotik ectodermal. Adapun contoh dari kelainan pada jaringan saraf yaitu radang dingin, epilepsy, nyeri, dan eksem. Selain itu, ada juga contoh kelainan dari jaringan otot yaitu atrofi, hipertrofihernia abdominalis, tetanus, distrofi otot, dan miastenia gravis.

DAFTAR PUSTAKA

Novianti, Rintis. 2005. Kamus Biologi Bergambar. Jakarta: Erlangga
Saktiyono. 1989. Biologi 2 Program Ilmu-ilmu Biologi untuk Kelas 2 SMA. Klaten: PT Intan Pariwara
Suwarno. 2009. Panduan Pembelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
     . 2009. Serba Tahu Tentang SAINS Rangkuman Pengetahuan SAINS Lengkap. Yogyakarta: Tugu


2 komentar:

Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh (Confusius)

About

Created by : shinö ändrä


2011-2012 © Mähä Cintä. All Rights Reserved.

Template Design by Shino Andra